MAKALAH
MANAJEMEN
KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN
Pengelolaan
Perairan Akibat Pencemaran
Terhadap
Kegiatan Budidaya Ikan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kualitas Air
Dosen
: Ir. Prapti Sunarmi
Disusun
Oleh:
Siska
Wahyuningtyas
145080500111044
B03
BUDIDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
1. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3. Tujuan............................................................................................... 2
2. PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1. Pencemaran Air............................................................................... 3
2.2. Pengelolaan Kualitas Air.................................................................. 4
2.3. Keberhasilan Manajemen Kualitas
Air Dalam Budidaya................. 5
2.4. Pencegahan atau Penanggulangan
Pencemaran Air..................... 7
3. PENUTUP........................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 9
3.2. Saran................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 10
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air mempunyai
fungsi untuk menunjang kehidupan di dalamnya. Dari segi biologi, air merupakan
media yang baik untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan penguraian
bahan-bahan organik. Manajemen kualitas air adalah cara kita mengatur kondisi
lingkungan pada kisaran yang dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ikan.
Kualitas air dikatakan baik apabila air tersebut memiliki tingkat kesuburan
yang tinggi. Dalam hal ini menyangkut mengenai plankton, terutama fitoplankton
karena fitoplankton adalah merupakan produktifitas primer dalam rantai makanan.
Di dalam suatu ekosistem air, terdapat 4 komponen, yaitu: 1. Komponen abiotik,
adalah senyawa-senyawa bahan dasar pembentuk senyawa organic, 2. Komponen
produsen, adalah organisme hidup yang dapat mengubah unsur anorganik menjadi
organik, seperti proses fotosintesa, 3. Komponen konsumer, adalah organisme
yang bersifat heterotrof, 4. Komponen dekomposer, adalah organisme yang tidak
mempunyai zat hijau daun, tidak memanfaatkan organisme hidup, tetapi
mempergunakan energi dari senyawa organik yang sedang terurai.
Budidaya
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperbanyak dan melestarikan keturunan
suatu individu. Dalam kegiatan budidaya tersebut, tentunya para pembudidaya
harus benar–benar mengelolah suatu usaha budidayanya dengan baik untuk
kelangsungan hidup organisme yang dibudidayakan, dalam hal ini terhadap para
pembudidaya ikan. Air merupakan salah satu media yang secara langsung dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup organisme akuatik yaitu ikan, misalnya terhadap
kondisi fisika dan kimianya. Dalam hal ini, peran pembudidaya sangat dibutuhkan
dalam manajemen atau cara pengelolaan yang baik dan terstruktural mulai dari
pra produksi hingga pemasaranya (Agung et
al., 2013).
Seiring dengan
berkembangnya industri, baik industri rumah tangga maupun industri perusahaan
dan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air semakin meningkat
sementara tingkat pencemaran terhadap air juga semakin tinggi. Air bersih kini
sulit untuk didapatkan karena telah terkontaminasi oleh berbagai zat berbahaya
dan keruh. Ada beberapa cara untuk mengatasi kekeruhan tersebut diantaranya
yaitu menggunakan filter fisik dan bahan kimia. Fiter fsik akan menyerap
kekeruhan dengan sangat baik karena memiliki ruang-ruang yang akan menjadi
tempat mengendapnya partikel. Filter
fisik yang digunakan adalah Pasir silika, batu bata, pasir malang, dan krikil(
Agung et al., 2013).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah mengenai materi pengelolaan perairan akibat pencemaran terhadap
budidaya ikan adalah.
1.
Apakah
yang dimaksud pencemaran air?
2.
Bagaimana
pengelolaan kualitas air yang baik bagi budidaya?
3.
Bagaiman
cara agar tercapai keberhasilan manajemen kualitas air dalam budidaya ikan?
4.
Bagaimana
cara pencegahan atau penanggulangan pencemaran perairan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah mengenai pengelolaan perairan akibat pencemaran terhadap
budidaya ikan adalah untuk mengetahui pencemaran air, pengelolaan kualitas air
yang baik bagi budidaya serta pencegahan atau penanggulangan pencemaran
perairan agar perairan optimum untuk kegiatan budidaya.
2. PEMBAHASAN
2.1
Pencemaran Air
Menurut Rian
(2010), Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi,
dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran dapat timbul
sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam. Pencemaran
lingkungan tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi
pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan. Bentuk
Pencemaran berdasarkan asal:
1. Pencemaran Udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran,SO,SO2,CFC,CO.
2. Pencemaran Tanah, disebabkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri,kegiatan pertanian,
1. Pencemaran Udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran,SO,SO2,CFC,CO.
2. Pencemaran Tanah, disebabkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri,kegiatan pertanian,
3. Pencemaran
Air, disebabkan oleh limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri.
Perhatian
terhadap masalah lingkungan berkembang dari masalah sanitasi dan logam berat
menjadi masalah keberadaan zat-zat sintetik yang tersebar luas di dalam
lingkungan.
Menurut Paez
Ozuna et al.(1998) dalam La Ode (2014) , menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi
penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu
bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat
pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus
melakukan kegiatan budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan
pergantian air tambak rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam
manajerial tambaknya yakni proses persiapan tambak seperti pemupukan dan
pengapuran.
Menurut Iqbal
(2012), sistem akuakultur intensif berkaitan dengan bagaimana menghaslkan ikan
dan udang secara efisien. Dua faktor pembatas penting dalam system akuakultur
intensif adalah kualitas air dan aspek ekonomi. Masalah nyata pada system
akuakultur intensif adalah cepatnya terkumpul sisa pakan, bahan organic dan
senyawa nitrogen toksik. Hal ini dapat dihindari karena ikan memanfaatkan hanya
20%-30% nutrient pakan. Sisanya dikeluarkan dari tubuh ikan dan umumnya
terkumpul dalam air. Hal ini pada gilirannya akan menimbulkan penumpukkan
kandungan amoniak dan limbah bahan organic dalam air kolam. Apabila air kola
mini dibuang, misalnya pada saat panen maka akan menimbulkan pencemaran pada
perairan sekitar. Menurut Craigh (2002) meskipun melalui manajemen yang sangat
baik, pakan yang diberikan kepada ikan pasti akan menimbulkan limbah. Dari 100
unit pakan yang diberikan kepada ikan, biasanya sekitar 10% limbah padatan dan
30% limbah cair yang dihasilkan ikan.
2.2
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan
kualitas air yang tidak memperhatikan kondisi, kebutuhan dan sifat ikan akan
menyebabkan bertambahnya tingkat ‘kegelisahan’ ikan di dalam usaha budidaya dan
selalu berusaha untuk keluar dari lingkungan tersebut, meskipun kualitas air
sudah sesuai dengan tolok ukur yang digunakan. Pada kondisi seperti ini ikan
menunjukkan perilaku yang tidak normal dari biasanya sebagai indikator adanya
ketidaksesuaian kualitas perairan dengan kebutuhan udang. Beberapa parameter
yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan adalah Kecerahan air,
Warna air dan Kondisi dasar perairan. Kualitas air dalam budidaya perairan
meliputi faktor fisika, kimia dan biologi air yang dapat mempengaruhi produksi
budidaya perairan (Boyd, 1990). Kualitas
air yang buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup
(survival rate), pertumbuhan dan reproduksi ikan. Sebagian besar manajemen
kualitas air ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia dan biologi dalam media
budidaya (Boyd et al., 2002). Faktor fisika sering tidak dapat dikontrol
atau tergantung dengan pemilihan lokasi yang sesuai. Faktor fisika sangat
tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat (Boyd, 1900).
Menurut Rian
(2010), Pengelolaan kualitas air dalam mencegah pencemaran perairan
berdasarkan faktor biologi air dapat dilakukan
dengan 4 langkah atau cara meliputi:
a.
Pengangkatan
lumpur
Setelah digunakan untuk siklus
terdahulu, pada dasar kolam akan telah menjadi kubangan lumpur organik yang
terdiri dari bangkai organisme air seperti plankton, perifiton, nekton,
bentos,dan organisme lain yang mengendap yang tidak terurai oleh bakteri.
Keberadaan lumpur selain menyebabkan pendangkalan,meningkatkan kekeruhan, juga
menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut. Lumpur organik dibuang
dengan mengangkat atau menggelontorkan dengan air sehingga dasar kolam bersih.
b.
Pengeringan
dan penjemuran dasar kolam
Dasar kolam dijemur dengan bantuan
sinar matahari selama 3 – 7 hari, tergantung cuaca sampai dasar kolam
retak-retak. Penjemuran bertujuan untuk mengoksidasi bahan organik yang
terkandung dalam dasar kolam menjadi mineral (hara), membunuh bakteri patogen
dan membunuh telur atau benih organisme hama.
c.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan untukmeningkatkan
pH tanah sehingga bakteri patogen dan organisme hama serta meningkatkan
kesuburan.
d.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan
kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk melakukan fotosintesis.
Peningkatan polulasi fitoplankton mendorong pertumbuhan dan perkembangan
populasi zooplankton sehingga dapat meningkatakan ketersediaan pakan alami yang
dibutuhkan oleh ikan.
Kandungan bahan-bahan dalam air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna air.
Kandungan bahan-bahan dalam air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna air.
2.3
Keberhasilan Manajemen Kualitas Air
Dalam Budidaya
Peran kualitas
air dalam budidaya ikan, antara lain berupa: (1) penentu keberadaan berbagai
jenis organisme yang ada dalam ekosistem perairan, baik terhadap ikan yang
dibudidayakan maupun biota lainnya sebagai penyusun ekosistem; (2) pemberi
pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan; dan (3)
penentu keberhasilan dalam budidaya ikan, selain jumlahnya harus mencukupi,
kualitas yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Kegiatan budidaya
perikanan pada umumnya membutuhkan lebih banyak air per unit area atau per unit
produksi dibandingkan kegiatan peternakan dan budidaya pertanian. Ketersediaan
sumber air yang berkualitas sering kali menentukan keberhasilan atau kegagalan
usaha budidaya perikanan (Pillay, 1990).
Tabel 1. Kriteria Penilaian
parameter Kualitas (mutu) Air
No.
|
Parameter
|
Klasifikasi
Kualitas (mutu) Air
|
Keterangan
|
|||
Tercemar
Ringan(Kelas 1)
|
Tercemar
Sedang(Kelas 2)
|
Tercemar
Berat
(Kelas
3)
|
Tercemar
Sangat Berat
(Kelas
4)
|
|||
1.
|
BOD/KOB
(mg/l)
|
<
1,0
|
1,0-3,0
|
3,0-6,0
|
>6,0
|
Dijabarkan
dari baku mutu Air Gol-A, B, C dan D
|
2.
|
COD/KOK
(mg/l)
|
<5
span="">
|
5,0-10,0
|
10,0-15,0
|
>15,0
|
|
3.
|
DO/OT
(mg/l)
|
>6,0
|
5,0-6,0
|
3,0-5,0
|
<3
span="">
|
|
4.
|
pH
|
6,5-8,5
|
5,0-9,0
|
6,0-9,0
|
5,0-9,0
|
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 1990
Menurut Ahmad
(2011), Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan keberhasilan
dalam budidaya, antara lain :
1. Air
Air merupakan media hidup untuk
komoditas budidaya perairan, yang didalamnya terdapat kandungan oksigen
terlarut, makan dan sumber mineral di dalamnya yang dibutuhkan oleh komoditas
budidaya. Adapun yang perlu diperhatikan antara lain:
·
Sumber
Air, meliputi lokasi sumber air, waktu pengambilan air, memenuhi kualitas dan
kuantitas air. Tolak ukur:
·
Sterilisasi
Air merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah
hama atau penyakit yang berada di air dan diyakini dapat mengganggu proses
budidaya.
·
Pengisian
air
Berikut merupakan kriteria dan kategori kualitas air baik secara fisik dan kimia
2.4
Pencegahan atau Penanggulangan
Pencemaran Air
Pengendalian/penanggulangan
pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Misalnya
program dalam upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal
dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap
untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Ada 2 cara
penanggulangan, yaitu:
• Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
• Penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
• Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
• Penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
Berbagai
masalah mengenai pencemaran air yang telah diuraikan dapat diperbaiki dengan
empat cara, yaitu melalui:
(1) Manajemen biota.
Benur yang
berkualitas pada tahap awal menunjukkan respon positif terhadap pakan yang
diberikan, keragaan pertumbuhan ditunjukkan dengan pergantian kulit
(‘moulting’), menunjukkan pertumbuhan yang positif bagi larva udang, dapat
beradaptasi dengan lingkungan tambak, serta mempunyai derajad kelangsungan
hidup (Survival Rate) yang tinggi. Manajemen biota secara demikian diharapkan
mampu mendukung pertumbuhan udang dengan laju pertumbuhan yang cepat dengan
sintasan yang tinggi.
(2) Manajemen lingkungan,
Kualitas air
dalam tambak terkait dengan sumber air yang masuk dalam tambak, proses biologis
dalam tambak dan proses fisik, seperti ganti air dan aerasi. Pengelolaan
kualitas lingkungan tambak yang bertujuan untuk menyediakan habitat yang layak
bagi kehidupan udang dimulai dari saat membuat desain tambak.
(3) Manajemen pakan yang baik,
Dalam
manajemen pakan yang perlu diperhatikan adalah melestarikan lingkungan dengan
upaya membuat formulasi pakan yang ‘ramah’ atau berwawasan lingkungan, termasuk
manajemen pemberiannya agar lebih efisien. Yang terkait dengan masalah tersebut
adalah: (a) pengadaan pakan dengan kandungan protein rendah, (b) optimalisasi
profil/konfigurasi asam amino, (c) optimalisasi perbandingan protein terhadap
energi (P/E ratio) dari pakan, (d) perbaikan kualitas bahan pakan, (e)
pemilihan bahan pakan yang mempunyai daya cerna tinggi, dan (f) optimalisasi
strategi manajemen pakan.
(4) Manajemen kualitas air.
Konsep dasar
manajemen kualitas air adalah mengetahui asal (sumber) dan tingkah laku dari
pencemar serta cara-cara pengelolaannya, sehingga dampak-dampak yang negative
dapat dikurangi dan dampak-dampak yang positip dapat dikembangkan. Dari
beberapa alternatif, budidaya dengan memperbaiki manajemen kualitas air
merupakan suatu alternatif yang mempunyai prospek untuk dikembangkan guna
menanggulangi permasalahan dalam budidaya ikan.
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan
yang didapat dari pembahasan mengenai pengelolaan perairan akibat pencemaran
terhadap kegiatan budidaya ikan adalah sebagai berikut:
·
Pencemaran
adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen
lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
·
Beberapa
parameter yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan adalah
Kecerahan air, Warna air dan Kondisi dasar perairan.
·
Kualitas
air yang buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup
(survival rate), pertumbuhan dan reproduksi ikan. Sebagian besar manajemen
kualitas air ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia dan biologi dalam media
budidaya
·
Hal
yang perlu diperhatikan guna meningkatkan keberhasilan dalam budidaya adalah
perhatian terhadap air.
·
Ada
2 cara penanggulangan pencemaran air, yaitu penanggulangan secara teknis dan
non-teknis.
·
Pengelolaan
lahan budidaya yang baik akan menghasilkan kualitas air yang baik bagi
organisme akuatik yang ada didalamnya.
3.2
Saran
Dalam
melakukan usaha budidaya untuk menghindari suatu pencemaran air perlu dilakukan
manajemen yang baik, seperti pengelolaan dasar tambak seperti pemberian pupuk,
peristrahatan tambak, pengeringan, pergantian air dan pencucian
sehingga tanah dasar tambak menjadi subur, gembur dan membuat koloid
tanah menjadi stabil, disamping itu guna mengoksidasi bahan-bahan organik dan
substansi-substansi yang tersisa pada lapisan tanah dasar tambak.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, M., L.
Manik., A.M. Hidayat., S. Retalia., K. Umam., Ruwaidah., T. Setyawany., I.
Herwanti., A. Wittah. 2013. Manajemen kualitas fisik air dengan bahan fisik.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
. 2013. Manajemen
kualitas kimia air dengan bakteri. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ahmad, M. A.
2011. Manajemen kualitas air pada balai budidaya benih udang. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Khairun Ternate.
Iqbal, M.
2012. Penanggulangan pencemaran amoniak pada tambak udang dengan bioremediasi
dan system manajemen kualitas air yang berwawasan lingkungan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.
La Ode Tanda. 2014. Laporan manajemen tata lingkungan akuakultur.https://www.unhalel.blogspot.co.id. Diakses
pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 18.17 WIB. Offline.
Rian. 2010.
Manajemen kualitas air: Parameter biologi
kualitas air. https://www.rian-duniaperikan.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 14 Maret 2016
pada pukul 18.16 WIB. Offline.
Suparjo, M. N. 2009. Kondisi pencemaran perairan sungai babon
Semarang. Jurnal Saintek Perikanan.
4(2): 38 – 45.
Zulfia, N
dan C. Umar. 2013. Kondisi Lingkungan
Perairan Di Embung Klamalu Sorong Papua Barat. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI
I. Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar