Translate

Senin, 14 Maret 2016

IMUNOLOGI IKAN

Haii haii gaesss :) kali ini saya akan membahas sedikit mengenai imunologi ikan lohh ^^ di simak yakkk...Apabila ada yang kurang anda bisa menambahkan pada kolom komentar yaaaa (y)...kita sama-sama belajar, Oke!!!

Ikan memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit. Dalam tubuhnya, terdapat dua sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan non spesifik dan spesifik. Sistem pertahanan non spesifik berfungsi untuk segala patogen yang menyerang dan bersifat permanen (selalu ada). Sistem pertahanan spesifik berfungsi untuk melawan penyakityang memerlukan rangsangan terlebih dahulu (Ellis 1988). Pertahahan non spesifik terdiri dari sistem pertahahan pertama (kulit, sisik, lendir) dan system pertahanan kedua (darah). Pada awal kehidupannya, sistem pertahanan ikan yang mula-mula berfungsi adalah system pertahanan non spesifik, sedangkan pertahanan spesifik (antibodi dan seluler) pada ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur beberapa minggu setelah telur menetas.
a)      Sistem Pertahanan non-spesifik
Kekebalan non-spesifik adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang berfungsi untuk melawan segala jenis patogen yang menyerang dan bersifat alami. Kekebalan non-spesifik merupakan imunitas bawaan (innate immunity), yaitu respon perlawanan terhadap zat asing yang dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut.
Sistem kekebalan non-spesifik mencakup pertahanan pertama dan pertahanan kedua. Pertahanan pertama yaitu pertahanan fisik meliputi, sisik, kulit, dan mukus. Mukus memiliki kemampuan menghambat kolonisasi mikroorganisma pada kulit, insang dan mukosa. Mukus ikan mengandung imunoglobulin (IgM) alami dan bukan sebagai respon dari pemaparan antigen. Imunoglobulin merupakan antibodi yang dapat menghancurkan patogen yang menyerang tubuh. Adapun sisik dan kulit berperan dalam melindungi ikan dari kemungkinan luka dan sangat penting peranannya dalam mengendalikan osmolaritas tubuh. Kerusakan pada sisik atau kulit dapat mempermudah patogen menginfeksi inang. Dan yang kedua adalah darah. Sel-sel fagosit menghancurkan antigen melalui tiga tahap, yaitu pelekatan, fagosit dan pencernaan. Proses fagosit sendiri dapat terjadi apabila sel-sel fagosit berada dalam jarak dekat dengan antigen, atau antigen tersebut harus melekat pada permukaan sel fagosit. Sel makrofag dan netrofil juga masih memiliki kemampuan untuk melakukan mekanisme pertahanan non-spesifik melalui proses chemotaksis dan pinocytosis. Chemotaksis adalah proses dimana sel fagosit dipancing oleh berbagai jenis molekul untuk melakukan migrasi ke lokasi terjadinya inflamasi, kerusakan jaringan atau reaksi antigen-antibodi (immune reactions). Fenomena ini ditandai oleh proses pembukaan membran sel membentuk lubang (vakuola) kecil melalui proses endocytosis.
b)      Sistem Pertahanan Spesifik
Sistem pertahanan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu antibodi dan seluler, dimana yang paling berperan adalah antibodi. Bentuk respon pertahan tubuh yang paling sederhana, namun sangat penting, sebagai wujud sistem petahanan non spesifik. Ketika ikan mengalami infeksi mikroba patogen, mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan proses infeksi tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif, maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis penyakit. Pada saat itu respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi. Sistem pertahanan spesifik berfungsi melawan penyakit yang memerlukan rangsangan terlebih dahulu dan jika  ikan mampu bertahan hidup maka akan terbentuk antibodi spesifik terhadap agen infeksi pada level titer protektif dan terbentuk pula sel-sel memori.
Sel yang berperan dalam sistem tanggap kebal terdiri dari dua jenis sel limfosit yaitu limfosit-B dan limfosit-T. Aktivitas yang pasti dari sel-T pada ikan belum banyak diketahui tapi yang jelas peran utamanya adalah dalam sitem kekebalan seluler dan biasanya disebut dengan imun perantara sel (cell mediated immunity). Sel-B berperan dalam produksi imunoglobulin melalui rangsangan antigen tertentu dan imunoglobulin diproduksi oleh sel tertentu pada limpa dan mungkin juga pada organ hati.
c)      Studi Kasus
Bakteri penyebab penyakit streptokokosis pada budidaya ikan nila yang sering ditemukan lima tahun belakangan ini adalah bakteri Streptococcus agalactiae. S. agalactiae menyebabkan ikan nila mati sebanyak 90% dalam enam hari setelah injeksi. Gejala tingkah laku ikan nila sebelum mati terlihat seperti berenang lemah dan berada di dasar akuarium, respons terhadap pakan lemah, berenang tidak beraturan, tubuh membentuk huruf-C, perubahan pada warna tubuh, dan bukaan operkulum menjadi lebih cepat.  Untuk menyelesaikan masalah streptokokosis, perlu dilakukan penelitian vaksinasi dengan menggunakan protein yang terkandung dalam bakteri S. agalactiae karena vaksinasi dengan sel utuh dari isolat tunggal belum berhasil.
Setelah melakukan injeksi menggunakan vaksin maka dapat diamati profil darah ikan. Leukosit sebagai respons seluler dari pertahanan non spesifik juga mengalami peningkatan pascavaksinasi dengan kedua tipe bakteri S. agalactiae. Fungsi sistem kekebalan non-spesifik juga terlibat dalam system kekebalan spesifik.
Total leukosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi dalam tubuh ikan. Pada ikan yang divaksin dengan bakteri tipe non hemolitik (perlakuan 12-19) telihat total leukosit lebih tinggi dari kontrol pada hari ke 14 pasca uji tantang, hal ini menunjukkan bahwa infeksi dari S. agalactiae masih ada dalam tubuh ikan. Sel-sel fagosit menghancurkan antigen melalui tiga tahap, yaitu pelekatan, fagosit dan pencernaan. Proses fagosit sendiri dapat terjadi apabila sel-sel fagosit berada dalam jarak dekat dengan antigen, atau antigen tersebut harus melekat pada permukaan sel fagosit. Sel makrofag dan netrofil juga masih memiliki kemampuan untuk melakukan mekanisme pertahanan non-spesifik melalui proses chemotaksis dan pinocytosis. Chemotaksis adalah proses dimana sel fagosit dipancing oleh berbagai jenis molekul untuk melakukan migrasi ke lokasi terjadinya inflamasi, kerusakan jaringan atau reaksi antigen-antibodi (immune reactions). Fenomena ini ditandai oleh proses pembukaan membran sel membentuk lubang (vakuola) kecil melalui proses endocytosis.



Gambar 1 Proses fagositosis dan penghancuran partikel bakteri pada ikan nila yang divaksinasi Streptococcus agalactiae tipe â-hemolitik, 1 bar = 20μm. 1. Sel monosit, 2. pelekatan, 3. Aktivitas membran, 4. permulaan fagositosis, 5 dan 6 penghancuran, 7. Pelepasan dan mengeluarkan hasil fagositosis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar