MAKALAH
TENTANG PERANAN KOMPOS TERHADAP KESUBURAN
PERAIRAN
MENGINTEGRASIKAN FRAKSI DARI KOTORAN BABI
DALAM PROSES PENGOMPOSAN UNTUK PEMULIHAN GIZI (NUTRIENT) DAN PENGGUNAAN AIR
KEMBALI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pemupukan dan Kesuburan Perairan
Dosen : Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS
Disusun Oleh:
Kelompok 3 Kelas B03
Nidaul
Jannah 145080500111034
Moh.
Syamsu Rofiqi A. 145080500111037
Nurul
Fadziriyah CH. 145080500111039
Hilcham
Nurrohman S. 145080500111041
Imamun
Nasirin 145080500111042
Siska
Wahyuningtyas 145080500111044
Novita
Prima Eka CA. 145080500111047
Nadia
Dwi Sasanti 145080500111049
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan
Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat penyusun selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini penyusun membahas “Mengintegrasikan Fraksi Dari Kotoran Babi
Dalam Proses Pengomposan Untuk Pemulihan Gizi (Nutrient) Dan Penggunaan Air
Kembali”.
Makalah
ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Pemupukan dan Kesuburan
Perairan. Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya penyusun mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, maka dari itu rasa terima kasih penyusun
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan demi
terselesaikannya makalah ini.
Penyusun
yakin dalam makalah ini, tentu masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Karena
itu kritik, saran dan sumbangan pemikiran untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan.
Malang
, 1 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II Bahan dan Metode.................................................................... 2
2.1. Tempat Penelitian ........................................................................... 2
2.2. Metode Penelitian............................................................................. 2
2.3. Pengolahan...................................................................................... 2
BAB III Hasil dan Pembahasan............................................................... 4
3.1. Hasil Data ........................................................................................ 4
3.2. Pupuk Kompos Dalam Menyuburkan
Perairan............................... 5
BAB IV Kesimpulan dan Saran............................................................... 6
4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 6
4.2. Saran................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 7
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pemupukan sering digunakan dalam
pengelolaan tambak dan kolam. Namun kolam dan tambak biasanya menggunakan pupuk
dengan senyawa anorganik yang diformulasikan dengan menggunakan berbagai bahan
kimia yang mengandung Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (N,P,K). Limbah yang
dihasilkan oleh hewan ternak mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton di kolam
produksi tanpa menambah nutrisi anorganik. Pemupukan organik telah digunakan
untuk meningkatkan produktifitas perairan tambak untuk beberapa spesies ikan
budidaya. Berbagai macam bahan organik telah digunakan untuk mendukung
pertumbuhan zooplankton dan fitoplankton serta invertebrate lainnya hingga
mikroorganisme perairan (William, 2010)
Pupuk organik termasuk pupuk
kandang, kompos yang terbuat dari biji kapas, bungkil kedelai, dedak padi,
jerami, dan olahan biji-bijian lainnya. Sedangkan penggunaan pupuk kandang di
benua Eropa dan sebagian Negara Indo-Cina lebih sering menggunakan pupuk dari
kotoran hewan ternak, salah satunya yaitu babi. Pupuk kompos dari fraksi solid
kotoran babi sering digunakan karena kualitas dan proses fermentasinya yang
mudah. Karena keseimbangan hydric
negative dari proses pembuatan kompos.
Di Negara Tiongkok produksi daging
babi terus meningkat dilaju moderat dan memegang peringkat pertama diantara
sumber protein untuk nutrisi manusia. Pertumbuhan pesat dalam produksi
akuakultur di Tiongkok telah melewati angka produksi dari daging sapi, yakni
pada komoditas ikan nila (Oreochromis
niloticus). Dikarenakan angka produksi akuakultur yang tinggi, sehingga
banyak pihak yang memanfaatkan tingginya limbah produksi babi yakni berupa
kotoran cair maupun padat yang dimanfaatkan untuk pembuatan kompos.
BAB II
BAHAN DAN METODE
BAHAN DAN METODE
2.1 Tempat
Penelitian
Penelitian
tentang pemanfaatan kompos kotoran babi ini dilakukan di negara Tiongkok (Cina)
dan Philiphina.
2.2 Metode
Penelitian
Menurut Barena et. al (2011),
Membuat kompos dimulai dari kotoran ternak (babi) dicampur dengan jerami padi
dan mencampurkan berbagai serbuk gergaji dengan rasio perbandingan 1:1. Digunakan
dua jenis kompos kotoran babi yakni yang pertama dengan perlakuan dengan jerami
dan serbuk gergaji. Sedang jenis kompos lain yaitu yakni mengambil kotoran babi
di peternakan daerah Harbin dibagian Tenggara Cina, kategori feses ini
merupakan kategori feses segar atau diambil hari itu juga, kemudian diambil
massa kotoran babi sebanyak 300 gram feses babi, 300 gram feses sapi, 300 gram
feses ayam, 250 gram pumice. Kemudian dibutuhkan waktu selama 60 hari dalam 3
reaktor kaca silinder volume 5 Liter diameter 20 cm dengan ketinggian 27 cm. Masing
masing 3 reaktor dimasukkan dalam air dengan suhu konstan 550C pada
20 hari awal dan 350C pada 40 hari berikutnya. Dijalankankan (putar)
terus menerus 0,2 Liter/menit selama total 60 hari sampai menjadi kompos.
2.3 Pengolahan
Kompos
Kelembaban yang tinggi dari kotoran babi (>95%)
membuat perombakan yang sesuai untuk dijadikan kompos sulit, walaupun lebih
terpusat untuk dijadikan manures,
sehingga dapat dijadikan kompos dengan mencampurkan
dengan menambah bahan bahan kering lainnya. Tergantung pada sifat-sifat mereka, Solid fraction (SF) mungkin terkomposkan
tanpa perubahan dan bahan-bahan bulking atau oleh bercampur dengan bahan yang
berbeda di beberapa nisbah mulai dari 3:1 hingga 1:3 SF: perubahan 2006). Nolan
et al. (2011) menemukan bahwa penambahan bulking agent (4:1 rasio massal SF:
bulking agent) dan memperhatikan konten air awal sebanyak 60% yang perlu untuk
menjadi kompos babi pupuk di SF karbon awal rendah (C) Untuk nitrogen (N)
rasio, berbagai perubahan dan bahan-bahan bulking telah disebutkan di bidang
pertanian seperti jerami, serbuk gergajian, remah kayu, zeolit bagasse, kulit kacang, dedak, limbah hijau dan joli ayam.
Untuk memberikan kondisi yang memadai untuk menjadi
kompos, beberapa properti fisik dan kimia organik-matrix harus dipelihara.
Parameter utama kandungan air dan C/N rasio, dengan kisaran optimal dari 40-60%
dan masing-masing 20-25. Namun, kisaran yang lebih luas dari parameter ini
dapat diterapkan, tergantung pada faktor-faktor lain seperti struktur fisik
dari bahan-bahan dan ukuran partikel. Dalam pupuk babi SF, membuat kompos mois- sementara temperatur
pembakarannya di bawah 60% konten dan C/N nisbah 25 atau yang lebih tinggi
adalah rekomendasi peneliti.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Data
Tabel 3.1
Banyaknya
UV-Vis Parameter Karakteristik DOM Yang Diekstrak Dari Tiga Kotoran Hewan Yang
Berbeda-Beda Dalam Periode Membuat Kompos.
Tabel 3.2 Kandungan Bahan Limbah Kotoran Babi Dan Limbah Tanaman
Padat Yang Digunakan Dalam Percobaan Membuat Kompos.
PWC: remah kayu, SF: fraksi solid pupuk babi, SD:
serbuk gergajian, GB: bagasse anggur. Kecuali, pH, EC dan TS, parameter lainnya
diungkapkan dalam hal kering dasar.
Chlorophyceae
|
Cyanophyceae
|
Bacilariophycae
|
Asterioccocus
|
Microcystis
|
Cocconeis
|
Atractomorpha
|
Oscillatoria
|
Cosninodiscus
|
Chodatella
|
Cyclotella
|
|
Closteriopsis
|
||
Cosmarium
|
||
Golenkinia
|
||
Gonatozygon
|
||
Kirchneriella
|
||
Planktosphaeria
|
||
Pediastrus
|
Tabel 3.3 Jenis fitoplankton saat proses identifikasi kesuburan
Dari table diatas menunjukkan bahwa
kebanyakan fitoplankton yang tumbuh ialah jenis Chlorophyceae, yang beberapa diantaranya merupakan kelompok alga
hijau dimana mampu melakukan fotosintesis. Sehingga dengan adanya proses
fotosintesis ini dapat meningkatkan kesuburan dan kandungan oksigen terlarut
dalam perairan kolam. Namun perlu dilakukan pembatasan pemberian pupuk terkait
dengan kelebihan suplai nutrient khususnya untuk N dan P.
Gambar 3.1 Kurva Lingkaran Keragaman Fitoplankton.
3.2 Pupuk Kompos Dalam Menyuburkan
Perairan
Telah diketahui bahwa pada Solid fraction (SF) dari kotoran babi
memiliki kandungan Nitrogen (N) dan fosfor (P) yang tinggi. Setidaknya
kombinasi kotoran babi dan bahan-bahan padat yang lain mengandung 49% Nitrogen
dan Mengandung 45% P2O5. Hal ini dirasa efisien apabila
hanya menggunakan komposisi dari limbah tanaman, sayuran, atau remah kayu.
Pupuk kombinasi ini juga dapat menyediakan unsur hara utama kedalam badan
perairan disbanding hanya menggunakan satu jenis bahan utama.
Kemudian oleh karena mengandung
unsur utama yaitu N dan P yang ditujukan untuk meningkatkan kesuburan dan
produktifitas perairan, yang kemudian kedua unsur ini dirombak dalam bentuk
nitrat, fosfat, orthofosfat untuk kebutuhan pertumbuhan fitoplankton. Nitrogen
dalam pupuk ini merupakan faktor unsur pembatas dalam pertumbuhan fitoplankton
pada perairan yang dipupuk. Dikarenakan nitrogen dibutuhkan dalam pembentukan
sel klorofil (zat hijau daun) untuk melakukan fotosintesis.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1 Kesimpulan
· Pupuk merupakan produk yang diformulasikan dengan menggunakan berbagai bahan – bahan yang mengandung Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (N,P,K).
· Penggunaan pupuk sendiri tidak terbatas untuk kegiatan pertanian, melainkan perikanan yang disana untuk menyuburkan perairan yang diberi pupuk.
· Di Negara Cina dan Philiphina merupakan negara yang masih mengkonsumsi babi, sehingga banyak peternakan babi, yang akhirnya melatar belakangi peneliti untuk melakukan uji coba komposisi kompos untuk kegiatan perikanan.
· Dalam pembuatan kompos perlu diperhatikan komposisi rasio bahan, sehingga didapatkan C/N ratio yang optimal.
· Setelah proses pemupukan mayoritas fitoplankton yang tumbuh merupakan kelompok Chlorophyceae
· Pupuk merupakan produk yang diformulasikan dengan menggunakan berbagai bahan – bahan yang mengandung Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (N,P,K).
· Penggunaan pupuk sendiri tidak terbatas untuk kegiatan pertanian, melainkan perikanan yang disana untuk menyuburkan perairan yang diberi pupuk.
· Di Negara Cina dan Philiphina merupakan negara yang masih mengkonsumsi babi, sehingga banyak peternakan babi, yang akhirnya melatar belakangi peneliti untuk melakukan uji coba komposisi kompos untuk kegiatan perikanan.
· Dalam pembuatan kompos perlu diperhatikan komposisi rasio bahan, sehingga didapatkan C/N ratio yang optimal.
· Setelah proses pemupukan mayoritas fitoplankton yang tumbuh merupakan kelompok Chlorophyceae
4.2 Saran
Perlu dilakukan uji kandungan
unsur hara baik makro atau mikro pada setiap perlakuan dan bahan bahan.
Sehingga pembaca dapat mengetahui kandungan unsur hara apa saja yang terdapat
pada komposisi bahan. Perlu ditambahkan uji unsur hara mikro pada kompos, meski
kebutuhannya sedikit namun keberadaan dan uji unsur hara mikro perlu dilakukan
demi meningkatkan kualitas pupuk dan tercapainya target untuk kegiatan
penyuburan perairan.
DAFTAR PUSTAKA
William, A. W. 2010. Organic
Fertilization In Culture Ponds. Word
Aquaculture. 35(2): 64-65.
Christopher, L. B., Tingbao-Yang, K.
Fitzsimmons, S. B. Bolivar. 2014. The Value of Pig Manure as a Source of
Nutrients for Semi- Intensive Culture of Nile Tilapia in Ponds. Agricultural Sciences. 5: 1182-1193.
Ke-Kwang, Xiangkun-Li, Chao-He,
Chia-Lung C., Jianwei B., Nanqi R., Jing-Yuan W. 2014. Transformation of
Dissolved Organic Matters in Swine, Cow, And Chicken Manures During Composting.
Bioresource Technology. 168: 222-228.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar