Haii haii gaesss :) kali ini saya akan membahas sedikit mengenai imunologi ikan lohh ^^ di simak yakkk...Apabila ada yang kurang anda bisa menambahkan pada kolom komentar yaaaa (y)...kita sama-sama belajar, Oke!!!
Ikan memiliki
sistem pertahanan tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit. Dalam tubuhnya,
terdapat dua sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan non spesifik dan spesifik. Sistem pertahanan non spesifik
berfungsi untuk segala
patogen yang menyerang dan bersifat permanen (selalu ada). Sistem pertahanan spesifik berfungsi untuk melawan penyakityang
memerlukan rangsangan terlebih dahulu (Ellis 1988). Pertahahan non spesifik terdiri dari sistem pertahahan pertama
(kulit, sisik, lendir) dan system pertahanan kedua (darah). Pada awal kehidupannya, sistem pertahanan ikan yang mula-mula
berfungsi adalah system pertahanan non spesifik, sedangkan pertahanan spesifik
(antibodi dan seluler) pada ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur
beberapa minggu setelah telur menetas.
a)
Sistem Pertahanan non-spesifik
Kekebalan
non-spesifik adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang berfungsi untuk melawan
segala jenis patogen yang menyerang dan bersifat alami. Kekebalan non-spesifik merupakan
imunitas bawaan (innate immunity), yaitu respon perlawanan terhadap zat
asing yang dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh
zat tersebut.
Sistem
kekebalan non-spesifik mencakup pertahanan pertama dan pertahanan kedua. Pertahanan
pertama yaitu pertahanan fisik meliputi, sisik, kulit, dan mukus. Mukus
memiliki kemampuan menghambat kolonisasi mikroorganisma pada kulit, insang dan
mukosa. Mukus ikan mengandung imunoglobulin (IgM) alami dan bukan sebagai
respon dari pemaparan antigen. Imunoglobulin merupakan antibodi yang dapat
menghancurkan patogen yang menyerang tubuh. Adapun sisik dan kulit berperan
dalam melindungi ikan dari kemungkinan luka dan sangat penting peranannya dalam
mengendalikan osmolaritas tubuh. Kerusakan pada sisik atau kulit dapat
mempermudah patogen menginfeksi inang. Dan yang kedua adalah darah. Sel-sel
fagosit menghancurkan antigen melalui tiga tahap, yaitu pelekatan, fagosit dan
pencernaan. Proses fagosit sendiri dapat terjadi apabila sel-sel fagosit berada
dalam jarak dekat dengan antigen, atau antigen tersebut harus melekat pada
permukaan sel fagosit. Sel makrofag dan netrofil juga masih memiliki kemampuan
untuk melakukan mekanisme pertahanan non-spesifik melalui proses chemotaksis
dan pinocytosis. Chemotaksis adalah proses dimana sel fagosit dipancing oleh
berbagai jenis molekul untuk melakukan migrasi ke lokasi terjadinya inflamasi,
kerusakan jaringan atau reaksi antigen-antibodi (immune reactions). Fenomena
ini ditandai oleh proses pembukaan membran sel membentuk lubang (vakuola) kecil
melalui proses endocytosis.
b)
Sistem Pertahanan Spesifik
Sistem
pertahanan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu antibodi dan seluler, dimana yang
paling berperan adalah antibodi. Bentuk respon pertahan
tubuh yang paling sederhana, namun sangat penting, sebagai wujud sistem
petahanan non spesifik. Ketika ikan mengalami infeksi mikroba patogen,
mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan proses infeksi
tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja
efektif, maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis
penyakit. Pada saat itu respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi. Sistem pertahanan spesifik
berfungsi melawan penyakit yang memerlukan rangsangan terlebih dahulu
dan jika ikan mampu bertahan hidup maka akan terbentuk antibodi spesifik
terhadap agen infeksi pada level titer protektif dan terbentuk pula sel-sel
memori.
Sel yang berperan dalam sistem tanggap kebal terdiri
dari dua jenis sel limfosit yaitu limfosit-B dan limfosit-T. Aktivitas yang
pasti dari sel-T pada ikan belum banyak diketahui tapi yang jelas peran
utamanya adalah dalam sitem kekebalan seluler dan biasanya disebut dengan imun
perantara sel (cell mediated immunity). Sel-B berperan dalam produksi
imunoglobulin melalui rangsangan antigen tertentu dan imunoglobulin diproduksi
oleh sel tertentu pada limpa dan mungkin juga pada organ hati.
c) Studi Kasus
Bakteri
penyebab penyakit streptokokosis pada budidaya ikan nila yang sering ditemukan
lima tahun belakangan ini adalah bakteri Streptococcus agalactiae. S.
agalactiae menyebabkan ikan nila mati sebanyak 90% dalam enam hari setelah
injeksi. Gejala tingkah laku ikan nila sebelum mati terlihat seperti berenang
lemah dan berada di dasar akuarium, respons terhadap pakan lemah, berenang
tidak beraturan, tubuh membentuk huruf-C, perubahan pada warna tubuh, dan
bukaan operkulum menjadi lebih cepat. Untuk
menyelesaikan masalah streptokokosis, perlu dilakukan penelitian vaksinasi
dengan menggunakan protein yang terkandung dalam bakteri S. agalactiae karena vaksinasi dengan
sel utuh dari isolat tunggal belum berhasil.
Setelah melakukan
injeksi menggunakan vaksin maka dapat diamati profil darah ikan. Leukosit sebagai respons seluler dari pertahanan non spesifik juga
mengalami peningkatan pascavaksinasi dengan kedua tipe bakteri S. agalactiae.
Fungsi sistem kekebalan non-spesifik juga terlibat dalam system kekebalan
spesifik.
Total leukosit yang tinggi menunjukkan adanya
infeksi dalam tubuh ikan. Pada ikan yang divaksin dengan bakteri tipe non
hemolitik (perlakuan 12-19) telihat total leukosit lebih tinggi dari kontrol
pada hari ke 14 pasca uji tantang, hal ini menunjukkan bahwa infeksi dari S.
agalactiae masih ada dalam tubuh ikan. Sel-sel fagosit menghancurkan
antigen melalui tiga tahap, yaitu pelekatan, fagosit dan pencernaan. Proses
fagosit sendiri dapat terjadi apabila sel-sel fagosit berada dalam jarak dekat
dengan antigen, atau antigen tersebut harus melekat pada permukaan sel fagosit.
Sel makrofag dan netrofil juga masih memiliki kemampuan untuk melakukan
mekanisme pertahanan non-spesifik melalui proses chemotaksis dan pinocytosis.
Chemotaksis adalah proses dimana sel fagosit dipancing oleh berbagai jenis
molekul untuk melakukan migrasi ke lokasi terjadinya inflamasi, kerusakan jaringan
atau reaksi antigen-antibodi (immune reactions). Fenomena ini ditandai oleh
proses pembukaan membran sel membentuk lubang (vakuola) kecil melalui proses
endocytosis.
Gambar 1 Proses fagositosis dan penghancuran partikel bakteri
pada ikan nila yang divaksinasi Streptococcus agalactiae tipe
â-hemolitik, 1 bar = 20μm. 1. Sel monosit, 2. pelekatan, 3. Aktivitas membran,
4. permulaan fagositosis, 5 dan 6 penghancuran, 7. Pelepasan dan mengeluarkan
hasil fagositosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar